Kupang - Kepala Divisi Keimigrasian, I. Ismoyo baru saja menyelesaikan studi Daniel K. Inouye Asia Pasific Center for Security Studies (DKI-APCSS) Comprehensive Security Cooperation (CSC) 24-2 di Honolulu Hawai, Amerika Serikat. Studi ini diikutinya selama kurang lebih 7 minggu sejak 14 Mei hingga 21 Juni 2024. Ismoyo merupakan salah satu dari 7 perwakilan peserta terpilih dari Indonesia, serta menjadi satu-satunya peserta yang mewakili Kementerian Hukum dan HAM khususnya Kantor Wilayah Kemenkumham NTT.
Dalam wawancara di ruang kerjanya, Senin (1/7/2024), Ismoyo menuturkan, kegiatan studi DKI-APCSS angkatan 24-2 secara keseluruhan melibatkan 107 orang peserta dari 44 negara. Peserta umumnya merupakan para senior administratif di Kepolisian, Tentara, Intelijen, Kementerian Pertahanan, dan Kementerian Luar Negeri pada negara masing-masing. Bisa dikatakan, hanya ia sendiri yang mewakili Kementerian Hukum dan HAM atau secara spesifik pada bidang Keimigrasian dari perwakilan 44 negara tersebut. 6 orang perwakilan dari Indonesia lainnya berasal dari Mabes TNI, Kementerian Pertahanan, Densus Kepolisian RI, BNPT, dan Lemhanas.
“Saya excited dan interest karena tidak semua orang bisa berkesempatan mendapatkan ilmu ini. Apalagi dengan 44 negara dan kita menjadi salah satu duta negara. Ini tentu kesempatan saya untuk banyak mengenalkan mengenai Indonesia, dan khususnya Provinsi NTT,” ujarnya.
Kendati demikian, Ismoyo awalnya justru tidak berharap bisa lulus mengikuti studi ini ketika mendapat penugasan dari Direktur Jenderal Imigrasi melalui Direktur Kerja Sama Keimigrasian Ditjen Imigrasi Kemenkumham. Mengingat, ada rangkaian tes dan interview yang harus dilalui untuk bisa terpilih. Belum lagi, dirinya baru saja menyelesaikan Sekolah Pimpinan Tinggi (Sespimti) Polri Dikreg ke-32 Tahun 2023 di Sespim Lemdik Polri Lembang, Jawa Barat pada akhir Oktober 2023 lalu.
“Hasilnya tidak sesuai yang saya harapkan. Yang saya harapkan sebetulnya tidak lulus, maksudnya jangan sampai saya (terpilih, red) karena saat itu memang baru mau bekerja lagi setelah mengikuti Sespimti Polri,” kelakarnya.
Pengumuman lulus diterima Ismoyo melalui surat elektronik (surel) saat hari raya Idul Fitri bulan April 2024 lalu, dengan kata pembuka “Aloha” yang masih sangat diingatnya. Kendati sudah menerima hasil secara resmi, keyakinannya juga masih belum terkumpul 100 persen untuk berangkat ke Honolulu ketika mengurus visa dan kebutuhan lainnya.
Namun, semua keraguan itu sirna saat mengetahui kegiatan studi menawarkan program komprehensif, pendidikan eksekutif, dan lokakarya dengan ruang lingkup materi meliputi Transnational Security Cooperation (TSC) for senior executives; Advanced Security Cooperation (ASC); Comprehensive Security Responses to Terrorism (CSRT); Comprehensive Crisis Management (CCM); Comprehensive Maritime Security Cooperation (CMSC); Senior Executive Asia-Pacific Orientation; Indo-Pacific Orientation; dan Comprehensive Security yang terdiri dari Economics and Security dan Maritme Security. Terdapat 18 tenaga pendidik/pengajar yang dihadirkan, serta sejumlah narasumber eksternal dalam sesi tertentu.
“Ilmu yang saya dapat tidak pernah terfikirkan sebelumnya dan menjadi pembelajaran luar biasa. Bagusnya studi disana mengelaborasi apa yang ada di kita dan respectful, saling menghargai,” ucapnya.
Pola pembelajaran dalam kegiatan studi juga dikatakan menarik. Terdapat topics/events dan concentration yang selalu diakhiri dengan seminar. Para peserta dibagi ke dalam kelompok seminar untuk melakukan diskusi mendalam dan dibimbing oleh mentor. Untuk kelompoknya yang beranggotakan 12 orang dari berbagai negara yang berbeda dibimbing oleh Dr. Lukas Filler dan Mariem Fatima, PhD.
Selain itu, lanjut Ismoyo, peserta diberikan pula kesempatan untuk mengambil materi sesuai dengan minat masing-masing. Ia sendiri secara intens memilih konsentrasi terkait isu keamanan strategis global di Korea Utara, Taiwan, China, bahkan space security yang melibatkan NASA. Satu lagi pola pembelajaran yang diterapkan adalah exercises/games foundations of fellowship yang mencakup latihan negosiasi, pembangunan konsensus, dan debat strategis, serta kegiatan rekreasional lainnya seperti pertandingan olahraga per kelompok seminar. Ismoyo bersama kelompoknya sempat memenangkan games terkait negosiasi dan juga kompetisi olahraga.
“Peserta juga diminta untuk menyiapkan rancangan fellow project. Saya sendiri mengangkat tema mengenai role model untuk roadmap Keimigrasian kewilayahan sebagai perencanaan strategis untuk manajemen Imigrasi selama 5 tahun di NTT dengan karakteristik antar pulau dan perbatasan negara,” ungkapnya.
Menurut Ismoyo, rancangan fellow project ini telah 95 persen siap secara konsepsi dan sebetulnya sedang dijalankan di NTT. Direktur Jenderal Imigrasi juga sudah memberikan persetujuan. Setelah rampung dan ditandatangani Kepala Kanwil Kemenkumham NTT, roadmap tersebut akan dijadikan sebagai contoh atau role model bagi Kanwil Kemenkumham se-Indonesia. Ketika mengikuti Sespimti Polri, Ismoyo juga menyusun dokumen Naskah Strategi Perseorangan (NASTRAP) dengan judul “Strategi Revitalisasi Pos Imigrasi Guna Penguatan Pelayanan Publik dan Keamanan Keimigrasian dalam rangka Mendukung Indonesia Maju”. NASTRAP yang disusunnya ini berhasil meraih penghargaan salah satu kriteria terbaik “Aspek Berfikir Strategis”.
Disela-sela mengikuti studi, Ismoyo juga tidak melewatkan keindahan alam Honolulu yang sudah terkenal di seluruh dunia dengan rutin berolahraga lari. Selain itu, ia juga mengisi waktu saat libur di hari Minggu dengan mendaki gunung. Lari dan mendaki gunung adalah dua hobi yang sangat digemarinya.
“Disana memang indah sekali, udaranya juga bersih. Tapi NTT sebenarnya sangat tidak kalah indahnya dengan Honolulu, hanya perlu sedikit sentuhan,” ujarnya.
Namun, ada suka juga ada duka. Ismoyo mengatakan, “duka” saat mengikuti studi adalah ia harus mengerjakan semuanya sendiri. Mulai dari membuat sarapan dan makan siang dengan memasak sendiri, mengatur waktu, hingga hal-hal lain seperti mencuci. Salah satu kebiasaan rutin para peserta adalah berkumpul di satu tempat untuk makan siang bersama yang sebelumnya dipersiapkan sendiri oleh masing-masing.
Selain itu, “duka” lainnya adalah, ia harus mengakses materi dan mengerjakan seluruh tugas secara mandiri dengan metode Learning Management System (LMS). Untuk beribadah, ia juga harus berjalan kaki selama kurang lebih 2 jam menuju sebuah rumah yang difungsikan sebagai tempat ibadah/masjid. Namun demikian, Ismoyo mengaku bangga mewakili delegasi tim Indonesia, mewakili Kemenkumham dan pastinya mewakili NTT.
"Bersyukur juga mendapatkan kesempatan ini karena alumni Comprehensive Security Studies ini telah ada yang menjadi Presiden, Prime Minister, Panglima, Kepala Kepolisian, Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri, Duta Besar, Konsul Jenderal dan posisi strategis lainnya," tandasnya. (Humas/rin)
